Lahirnya Suku Mais di Luhak Kepenuhan

Lahirnya Suku Mais di Luhak Kepenuhan

Dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga, terdiri dari ayah dan dua orang anak perempuan. Sumber kehidupan mereka adalah dari hasil pertanian, Mereka tinggal tidak jauh dari pinggir sungai yang banyak ikannya.

Kedua anak perempuan ini sering membantu ibu memasak dan ikut pula membantu ayahnya bekerja diladang. Setelah mereka membantu keduanya kebiasaan mereka sering mandi dan mencari ikan dan menangguk udang-udang yang bersembunyi dicelah-celah rumput sungai dan kemudian dimasak dan dimakan bersama dengan keluarga dirumah.

Konon begitulah kegiatan rutinitas kedua putri ini setiap harinya. Hari demi hari, berganti minggu, berganti bulan dan tahunpun berubah. Akhirnya tiba musim kemarau panjang, air sungai kering, ikanpun sudah tiada lagi dan udang-udang dicelah rumput yang biasa mereka tangguk tidak lagi dapat dijumpai seperti biasanya. Kebiasaan anak perempuan yang paling tua tersebut bila dapat ikan atau udang biasanya di Paih (Pepes) sedangkan sibungsu biasanya ikan atau udang tersebut lebih suka di Giliang (Giling) untuk dibuat sambal ikan.

Jumlah udang yang diperoleh pada hari tersebut tidak banyak, sedangkan mereka punya perbedaan selera dalam memakan ikan ini, maka hal ini membawa pertentangan/peselisihan antara mereka. Akhirnya mereka dipisahkan oleh orang tuanya.

Adapun keturunan anak perempuan yang suka makan Paih ini menjadi Suku Maih (Mais), sedangkan keturunan dari anak Perempuan yang suka Mongiliang (Menggiling) ikan untuk dibuat sambal ini menjadi suku Moniliang, karena pada awalnya mereka adik beradik makanya sampai sekarang perkawinan antara kedua suku ini (Mais dan Moniliang) tidak banyak yang sukses (selamat), kadang-kadang banyak yang membawa penyakit gila, cacat dan adapula yang hidupnya kurang mampu (Miskin).
Share this article :
+
0 Komentar untuk "Lahirnya Suku Mais di Luhak Kepenuhan"

 
Copyright © 2015 Olang Bobega - All Rights Reserved . DMCA.
Template By Kunci Dunia